My Vet App

Halo semua, Austenita's here!

In this post, I'd like to share the whole journey in the making of MY VET APP prototype
MY VET APP merupakan sebuah rancangan aplikasi yang dibuat oleh Grup 2 dalam rangka menyelesaikan final project dari Bootcamp RAKAMIN ACADEMY UI/UX DESIGNER batch 8.  Grup kami terdiri dari 4 orang; Farah, Hafizah, Dhiya, dan Nita yang masing-masing berperan aktif melakukan semua proses dari awal riset kebutuhan user hingga proses validasi solusi yang ditawarkan di sela kesibukan sehari-harinya.

Overview

My Vet App menyediakan berbagai macam layanan, mulai dari grooming, sterilisasi, medical checkup, serta konsultasi dengan dokter hewan secara online.  Tidak hanya itu saja, My Vet App juga menyediakan kumpulan artikel informatif yang kredibel untuk membantu pet owners menjaga kesehatan hewan peliharan mereka.

Prototype My Vet App dapat kami kembangkan dalam timeline yang cukup singkat. Dalam kurun waktu sekitar 2 bulan, kami telah melakukan serangkaian riset, desain, hingga validasi dengan timeline berikut:

Pada akhir riset ini, prototype My Vet App yang kami kembangkan membuahkan hasil yang cukup memuaskan dengan overall user satisfaction score 4.7/5 yang akan saya jelaskan detailnya dalam post ini.

Background

Problem

Akhir-akhir ini, jumlah pemilik hewan peliharaan semakin bertambah banyak. Tentunya, sebagai pet owners yang bertanggungjawab, mereka akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk hewan peliharaannya, baik dari kenyamanan, keamanan, dan kesehatan hewan peliharaan. Ada kalanya kesehatan hewan peliharaan memburuk dan membutuhkan perawatan dokter hewan, dan muncullah masalah yang sering ditemui pet owners. Mulai dari kesulitan mencari klinik hewan terdekat dari rumah, sering menemukan infromasi yang tidak benar dalam penanganan darurat hewan peliharaan yang sedang sakit, konsultasi dengan dokter hewan yang kurang terjamin kredibilitasnya, hingga keterbatasan waktu pet owners karena aktivitasnya menjadi tantangan tersendiri bagi kebanyakan pet owners, terutama untuk pet owners baru yang masih minim ilmu dan pengalaman. 

Karena sulitnya aksesibiltas informasi dan keterbatasan waktu pet owners, banyak pet  owners yang kebingunan mencari informasi yang valid. Tak jarang owners menanyakan ke  media sosial seperti  base Twitter dan masih belum menjadi solusi  atas masalah yang dihadapi.

Meskipun teknologi semakin berkembang seiring berjalannya waktu dan memiliki potensi untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan perawatan bagi pet owners, ternyata tidak banyak jumlah aplikasi perawatan hewan peliharaan yang tersedia di pasaran. Mayoritas aplikasi-aplikasi tersebut tergabung dengan aplikasi konsultasi untuk manusia, sehingga tidak banyak layanan yang ditawarkan  untuk  mengakomodir kebutuhan pet owners dalam menjaga kesehatan hewan peliharaannya.

Goals of this research

Riset ini dilakukan untuk memahami lebih lanjut kebutuhan dan keinginan pet owners baik dari segi motivation dan frustration yang sering dialami dalam menjaga kesehatan hewan peliharan mereka. Selain itu, tim kami juga mencoba mencari fitur unik yang bisa menjadi plus point dibandingkan produk kompetitor lain dengan mempertimbangkan penggunaan teknologi yang telah ada saat ini maupun kedepannya.

Berangkat dari tantangan tersebut, tim kami merumuskan beberapa pertanyaan yang harus terjawab dalam riset ini, antara lain:

The Design Process

Dalam proses design, kami menggunakan framework Design Thinking yang terdiri dari 5 tahap: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Masing-masing tahap akan dijabarkan pada section selanjutnya.
Empathize Phase

Validating Problems

Permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya acuan dalam riset ini. Sehingga, tim kami memutuskan untuk menggali point of view pet owners di luar sana seperti pain points dan harapan mereka dengan metode survey dan in-depth interview. Selain itu, kami juga melakukan benchmarking terhadap produk kompetitor di luar sana sehingga bisa mencari celah dan menawarkan room of improvement dari produk yang telah ada sebelumnya.

Survey dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pet owners di luar sana yang memiliki permasalahan serupa dari berbagai latar belakang; seperti usia, aktivitas sehari-hari, hingga pengalaman saat mengunjungi dokter hewan.

Dari survey online yang telah disebar, kami mendapatkan 27 responden; 44% merupakan pekerja/karyawan, 33% mahasiswa, dan sisanya terbagi menjadi wirausahawan dan ibu rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan kucing dan anjing.

Selain itu, sebagian besar responden juga menyampaikan beberapa kesulitan yang dialami. Mulai dari lokasi klinik yang terlalu jauh, keterbatasan waktu, hingga hasil diagnosis yang kurang tepat telah dialami oleh beberapa pet owners. Hasil ini bisa menjadi pendukung asumsi atas permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya.

Tim kami juga melakukan in-depth interview untuk mendapatkan insight lebih dalam dengan kriteria user sebagai berikut:

  1. Pria/Wanita berusia 17-45 tahun
  2. Memiliki hewan peliharaan seperti anjing, kucing, atau kelinci
  3. Pernah mengunjungi klinik/dokter hewan 

In-depth interview kami lakukan pada pet owners untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam terkait perilaku, perasaan, pengalaman, serta point of view owners ketika mengunjungi dokter hewan.

Untuk interview sendiri, kami merumuskan 2 pertanyaan utama yang harus terjawab dalam sesi ini seperti:

  1. Apa saja pertimbangan dalam memilih layanan klinik/dokter hewan?
  2. Tantangan apa saja yang sering Anda hadapi sebagai seorang pet owners?

Dari 2 pertanyaan utama tersebut, nantinya akan diuraikan lagi menjadi sub pertanyaan yang lebih detail seperti :

  1. Apakah bisa diceritakan pengalaman Anda ketika mengunjungi dokter hewan?
  2. Apakah pernah mengalami kejadian kurang menyenangkan saat menggunakan layanan dokter hewan?
  3. Bagaimana Anda biasanya menemukan klinik/dokter hewan terdekat?
  4. Apabila terdapat sebuah aplikasi yang dapat memudahkan Anda dalam mengelola kesehatan hewan peliharaan Anda, apakah Anda tertarik untuk menggunakannya?
Dari hasil interview yang telah dilakukan, kami mendapatkan beberapa temuan dan pola yang serupa terkait behaviour dan pengalaman pengguna ketika mengunjungi dokter hewan. Beberapa diantaranya adalah:
Finding 1

Pet owners memiliki pain points yang serupa, yaitu cukup kesulitan ketika mencari informasi terkait klinik/dokter hewan yang ada melalui Google.

Beberapa pengalaman yang kurang meyenangkan sempat dialami pet owners seperti:

Finding 2

Beberapa pet owners memberikan respon positif terkait layanan pickup/drop-off hewan peliharaan (untuk layanan non-medis) yang dapat membantu di kala padatnya aktivitas.

Finding 3

Pet owners memberikan respon positif terhadap adanya konten edukatif dalam merawat hewan peliharaan yang tidak bertele-tele namun terjamin kebenaran dan ke-valid-an informasinya.

Benchmarking for My Vet App

Kami juga melakukan analisis kompetitor / benchmarking dengan tujuan untuk mencari tahu fitur apa yang belum tersedia di aplikasi lain dan bisa manjadi poin plus pada aplikasi yang kami desain. Beberapa kompetitor yang kami ambil antara lain: Halodoc, Pawlyclinic, Hewania, dan VitusVet. Masing-masing aplikasi memiliki keunggulan tersendiri dalam menyediakan layanan kesehatan hewan peliharaan. Maka dari itu, kami merangkum dalam Feature Comparison Matrix untuk memudahkan dalam proses perbandingan fitur.

Define Phase

Insight Synthesis

Dari temuan yang didapatkan pada tahap sebelumnya, kami membuat Affinity Map menggunakan tools Miro untuk mengelompokkan dalam beberapa kategori. Tujuan dibuatnya Affinity map  ini adalah untuk mempermudah proses summarize insight dari temuan serupa yang didapatkan sehingga kami dapat mengembangkan The How-Might-We” (HMW) Questions.

Affinity Map My Vet App

Design Challenge

Dari Affinity Map yang dibuat sebelumnya, kami bisa menyimpulkan beberapa insight  dan mengembangkan “The How-Might-We Questions” (HMW). HMW dikembangkan dari insight yang didapatkan sebelumnya dengan tujuan untuk menentukan agar scope masalah yang akan diselesaikan tidak terlalu luas/sempit.

Dari beberapa HMW yang telah dibuat, kami menyimpulkan final insight  agar proses selanjutnya lebih fokus dan terstruktur.

The HMW Questions

Bagaimana kita bisa memudahkan pet owners untuk mendapatkan layanan dokter hewan yang efisien dan mudah untuk diakses?

User Persona

Setelah menyebar survey dan melakukan interview,  kami mendapatkan insight lebih banyak terkait behaviour,  frustration, dan motivation pet owners. Dari sekian banyak masalah yang disampaikan, kami juga  menemukan sebuah pola, sehingga kami membuat 2 user personas yang dapat merepresentasikan problems apa saja yang sering ditemui oleh pet owners yang merupakan target user My Vet app, si sibuk dan si paranoid.

User Persona - si Sibuk
User Persona - si Paranoid
Ideate Phase

Feature Prioritization

Dari insight dan HMW yang dikembangkan sebelumnya, selanjutnya kami melakukan brainstorming ideas terkait fitur-fitur apa saja yang perlu ada di aplikasi yang kami desain. Kami juga melakukan voting fitur mana saja yang urgent untuk segera dikembangkan.

Brainstorming Feature Ideas for My Vet App
Feature Prioritization for My Vet App

Setelah melakukan brainstorming dan voting, tim kami juga membuat feature prioritization matrix berdasarkan high-low impact & effort dari sebuah fitur untuk menentukan fitur-fitur mana saja yang perlu ada terlebih dahulu sehingga Minimum Viable Product bisa segera di-deliver.

Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk memprioritaskan beberapa fitur berikut:

Design/Prototype Phase

User Flow

Di tahap feature prioritization sebelumnya, kami telah menetapkan 6 fitur utama yang setidaknya harus ada dalam aplikasi. Untuk ke-6 fitur tersebut, kami kelompokkan kembali menjadi 2 fitur utama; fitur Booking Service dan fitur Online Consultation

User flow Service Booking in My Vet App
User flow Online Consultation in My Vet App

Information Architecture

Setelah userflow dibuat, tim kami membuat sketch untuk 2 fitur yang akan dikembangkan. Sketch dibuat untuk merealisasikan ide konsep solusi atas masalah user secara kasar diatas kertas yang nantinya juga menjadi dasar penyusunan arsitektur informasi setiap screen.

Information Architecture (IA) kami lakukan dengan menggunakan metode closed card sorting karena kami sebelumnya telah mendapatkan problem user beserta HMW questions serta visualisasi konsep yang ditawarkan sebagai solusi berupa sketch, sehingga kami bisa menentukan konten dari setiap screen dengan tepat dan sesuai dengan mental model user.

Wireframe & Screen Flow

Setelah IA dibuat, tiba saatnya kami untuk membuat wireframe beserta flownya agar komponen dalam screen lebih rapi. Selain itu, kami ingin memvalidasi apakah flow komponen antar screen bisa mengurangi keputusasaan user dan  meningkatkan pengalaman user  sehingga kami bisa mendapatkan insight atas interaksi user dalam aplikasi dan bisa mengambil keputusan dengan baik di langkah selanjutnya.

Proses pembuatan wirerame + user flow (wireflow) dilakukan berdasarkan user flow dan sketch yang telah dibuat sebelumnya. Dengan menggunakan tools Whimsical, tim kami membuat konsep tampilan untuk 2 fitur utama dalam My Vet App.

Wireflow 2 fitur utama My Vet App

Design Guidline & Components

Setelah wireframe dan screenflow dibuat, tiba saatnya untuk membuat high fidelity design. High fidelity prototype dibuat untuk mempresentasikan ide solusi yang kami tawarkan secara visual serta pengalaman berinteraksi pada user. Untuk memastikan proses desan berjalan efektif, kami menetapkan design guideline dan membuat design components terlebih dahulu agar hasil desain terjaga konsistensinya.
Typography

Poppins merupakan typeface dengan tipe sans-serif  yang dapat memberikan kesan desain yang sederhana dan friendly pada user sehingga cocok untuk diaplikasikan dalam project ini. Selain itu, font Poppins juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga user dapat lebih mudah dalam mendapatkan informasi sesuai kebutuhannya

Terdapat 7 hirarki ukuran font yang ditetapkan: header 1, header 2, large, headline, paragraph, caption, dan small text. Hirarki ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan teks yang ada pada aplikasi

Color Pallete
Dalam project ini, kami menggunakan 2 warna  dalam app; Kuning (Primary) dan Ungu (Secondary)

Warna kuning merupakan warna utama dalam desain kami, karena warna ini dapat membangkitkan perasaan positif dan ceria pada pengguna. Warna kuning juga memberikan kesan ramah dan menyenangkan, yang cocok dengan tujuan aplikasi kami untuk menciptakan pengalaman yang ramah terhadap pengguna.

Sementara itu, warna ungu kami gunakan sebagai warna sekunder untuk memberikan kesan elegan dan kreatif. Selain itu, warna ungu juga dapat memberikan kesan manis, yang cocok dengan tujuan aplikasi kami untuk memberikan pengalaman yang berkesan dan menyentuh hati pada pengguna.

Shadow and Grid

Shadow dibuat untuk menciptakan visual cues bagi user dengan memberikan kesan “elevate” terhadap objek tersebut. 

Untuk project ini, kami mendefinisikan 5 tipe shadows yang masing-masing memiliki tingkat blur dan  spread  yang berbeda sehingga menciptakan cues yang berbeda ketika diaplikasikan ke design components.

Grid system ditentukan untuk memastikan konsistensi margin untuk setiap screen. Untuk grid system, kami menggunakan 4-columns system default dari Figma karena protoype ini dibuat berbasis mobile dengan mengacu pada device iphone 14 yang memiliki ukuran width 390px, sehingga ukuran margin dan gutter yang digunakan 24px.

Icons & Other Vectors

Untuk icons dan vector yang digunakan dalam project ini, kami menggunakan beberapa sources dari Figma Community dan mengombinasikannya dalam design kami.

Asset sources
Heroicons by TailwindLabs : See Here
Dog Generator vector by The Visual Team : See Here
Animal icons by Yan Liu : See Here
Let the fun part begin, the High Fidelity Prototype!

Setelah proses yang cukup panjang dari proses riset hingga desain komponen, akhirnya high fidelity prototype berhasil kami buat. Berikut adalah beberapa screen dari hasil design tim kami untuk My Vet App prototype.

Test Phase

Last but not least, Testing Time!

Dari prototype yang telah dibuat, tiba saatnya untuk melakukan test. Test dilakukan untuk memvalidasi asumsi kami bahwa desain yang kami tawarkan bisa menjadi solusi dari permasalahan yang sering dialami pet owners. Maka dari itu, untuk versi prototype ini kami ujikan pada beberapa pet owners dengan kriteria berikut:

  1. Pria/Wanita berusia 17-45 tahun
  2. Memiliki hewan peliharaan seperti anjing, kucing, atau kelinci
  3. Pernah mengunjungi klinik/dokter hewan 

Namun sebelum memulai testing, tim kami melakukan planning terlebih dahulu seperti menyiapkan prototype di Maze dan membuat Task & Success Metrics di Maze.

Untuk proses testing pertama My Vet App, objective kami adalah untuk mendapatkan insight mengenai desain dan flow 2 fitur utama My Vet App, yaitu flow pemesanan layanan vet dan pemesanan konsultasi online. Dan sebagai tambahan, kami juga mengujikan flow untuk pembatalan pemesanan untuk memastikan inakurasi pada desain dapat dicegah dengan memberikan 1 task flow pendek ke user.

Hasil Testing Pertama

Prototype My Vet App pertama kami ujikan ke 4 responden sesuai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari tes pertama kali ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi kami, sehingga kami perlu melakukan secondary research dengan melakukan interview pada responden untuk menggali lebih dalam apa yang menjadi blocker untuk user menyelesaikan task yang diberikan. Dari hasil interview, kami mendapatkan beberapa insight yang bisa menjadi acuan kami untuk memperbaiki prototype kedepannya.

Selain faktor bahwa beberapa tester adalah tipe responden yang eksploratif, kami juga mendapatkan beberapa umpan balik dari responden seperti berikut:

Usability Testing - Iteration 1

Berdasarkan insights yang didapatkan hasil testing pertama, kami melakukan beberapa perubahan pada prototype dengan harapan bisa meningkatkan usability dari My Vet App.

Perubahan Nama Fitur

Perubahan pertama yang kami lakukan setelah melakukan tes pertama kali adalah merubah nama fitur “Vet Clinics” menjadi “Vet Services“. Hal ini kami lakukan karena nama Vet clinic ternyata kurang bisa merepresentasikan layanan-layanan yang ada di dalamnya dan banyak user mengasosiasikan kata “CLINICS” dengan layanan medis (eg: klinik, rumah sakit, dll.) untuk hewan peliharaan saja.

Selain itu, kami juga mengganti tampilan icon yang lebih unik dan clean sehingga dapat menarik perhatian dan user bisa lebih mudah membedakan layanan satu dengan yang lain.

Before
After
Flow Booking Service

Dari hasil tes prototype pertama, kami menyadari bahwa salah satu hal yang menyebabkan tingginya angka misclick rate dan duration time yang dibutuhkan user untuk menyelesaikan task pemesanan layanan vet adalah flow yang terlalu bertele-tele dan membuat beberapa user frustasi dalam mencari layanan “Grooming”. 

Maka dari itu, kami memutuskan untuk merubah flow agar user dapat lebih cepat menemukan layanan yang dibutuhkan.

Previous flow:
Vet clinic -> pilih klinik -> review klinik -> pilih service -> booking
Current flow:
Vet services -> pilih service -> pilih klinik -> review klinik -> booking
Penyesuaian Micro-copy

Perbaikan selanjutnya yang kami lakukan adalan perbaikan micro-copy pada prototype. Setelah kami menganalisis usability test report, beberapa tester menunjukkan “kefrustrasian” dan menghabiskan waktu lebih lama ketika dihadapkan dengan beberapa halaman yang tidak informatif.

Oleh karena itu, kami menambahkan micro-copy pada beberapa bagian pada prototype sehingga user bisa cepat memahami informasi yang ada dan dapat menyelesaikan task dengan mudah.

Perubahan tampilan halaman Booking/Checkout

Halaman Booking/checkout menjadi concern  kami selanjutnya setelah melakukan pengujian prototype pertama. Ada dua hal yang kami perbaiki pada halaman ini, perubahan warna informasi kupon digunakan dan layout “Payment Method.

Pada bagian payment details, kami menemukan satu behaviour dimana tester cenderung melakukan “aggressive clicks” ketika diminta untuk memasukkan kode kupon. Kami menyadari bahwa warna abu-abu yang digunakan sebelumnya kurang menarik perhatian sehingga banyak user yang tidak sadar jika kupon telah berhasil digunakan. Sehingga, kami mengubah warna teks potongan harga dari abu-abu menjadi merah. Dengan perubahan ini, harapan kedepannya perubahan state (kupon berhasil digunakan) bisa lebih noticeable untuk user.
Untuk bagian Payment Method, kami melakukan perubahan karena pada desain sebelumnya tidak banyak user yang tahu cara memilih metode pembayaran. Maka dari itu, kami melakukan modifikasi denga memunculkan salah satu payment method default sebagai petunjuk untuk user memilih metode pembayaran.

Untuk prototype perbaikan ke-1 (Iteration 1) kami ujikan ke 5 responden berbeda dari sebelumnya namun memiliki kriteria yang sama. Hal ini kami lakukan untuk memvalidasi asumsi kami terkait perbaikan desain yang telah dilakukan dan mengetahui tingkat learnability design pada tester baru.

Dari hasil iterasi ke-1, terdapat beberapa improvement yang cukup signifikan dan telah kami rangkum pada chart berikut:

Perbandingan hasil UT pertama kali & Iterasi ke-1

Check Out Our Latest Prototype

Here is our latest prototype of My Vet App, feel free to try it out!

PS: if you find the prototype way too small, you can always try it on Full screen mode by clicking the “ ” icon on the top right corner of the prototype

Conclusion

Key Takeways

Dari project ini, ada banyak hal yang dapat kami pelajari. Kami jadi paham bahwa proses design thinking yang ideal tidak bisa langsung optimal hanya dengan 1 iterasi saja, namun sangat memungkinkan dilakukannya beberapa iterasi agar solusi yang ditawarkan tepat dengan apa pengguna butuhkan. Beberapa hal lain yang kami pelajari  diantaranya sebagai berikut:

User perlu dilibatkan dalam validasi solusi secara aktif

Walaupun solusi dikembangkan berdasarkan masalah yang didapatkan dari user, solusi yang dikembangkan belum tentu sesuai dengan ekspektasi user atau justru tidak menyelesaikan masalah sama sekali.

Hierarki visual dan UX Writing berperan besar dalam Usability

Penentuan kalimat pada desain UI/UX (microcopy) memiliki pengaruh krusial terhadap kemudahan bagi user untuk menemukan dan mencerna informasi atau task yang dilakukan.

Scroll to Top